Kerja keras memang mengambil bagian dalam menyukseskan diri tapi mereka yang kaya cenderung bekerja dengan strategi
Orang dengan pola pikir miskin akan lebih fokus untuk menggunakan sebanyak mungkin waktu yang dipunya untuk bekerja. Mereka yang kaya bisa saja menghasilkan lebih banyak bahkan jika waktu yang digunakan lebih sedikit. Alasannya, orang kaya bekerja menggunakan strategi. Bukan berarti perlu pendidikan yang tinggi untuk melakukannya namun perlu kemampuan untuk bekerja cerdas.
Orang kaya lebih berani mengambil risiko namun tetap dengan perhitungan, sedangkan mereka yang senang berada di zona nyaman akan begitu-begitu saja
Tak perlu langsung mengambil langkah besar dengan risiko yang besar pula untuk membuat perubahan, namun perubahan ini bisa diusahakan dengan langkah-langkah kecil dengan risiko sepadan. Pasalnya, melangkahkan satu kaki saja untuk keluar dari zona nyaman adalah sebuah langkah berat untuk mereka yang tak terbiasa. Makanya banyak yang terjebak dan merasa aman di sana dan berakhir dengan kehidupan yang begitu-begitu saja.
Nah, setelah membaca beberapa ciri tersebut, apakah kamu bisa memprediksi kira-kira bagaimana potensimu ke depannya? Apakah bisa sukses atu berkubang di kemiskinan selamanya?
Orang kaya biasanya mereka yang aktif berpartisipasi, orang miskin justru hanya sibuk bereaksi
Melihat adanya berbagai kesempatan untuk mengubah sesuatu di masa depan, maka biasanya mereka yang kaya akan lebih sibuk melakukan aksi nyata untuk mencapai perubahan yang diinginkan tersebut. Sedangkan mereka yang tetap miskin justru sibuk bereaksi terhadap masa lalu yang sudah berlalu begitu saja namun tak ada niat untuk mengubahnya.
Nikmati konten menarik seputar privilese: Privilese Ternyata Beragam, Cek Milikmu dengan 8 Hal Sederhana Ini!
Peluang yang tidak menguntungkan
Salah satu alasan utama mengapa berjudi tidak membuat orang kaya adalah karena peluang yang sangat tidak menguntungkan. Semua permainan judi dirancang untuk memberikan keuntungan kepada rumah atau penyelenggara, baik itu kasino, bandar taruhan, atau platform judi online.
Misalnya, dalam permainan kasino seperti roulette atau mesin slot, persentase kemenangan selalu condong kepada rumah. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang, penjudi akan selalu kehilangan lebih banyak uang daripada yang mereka menangkan.
Bukan bermaksud pilih-pilih teman namun orang kaya cenderung memilih bergaul dengan orang yang bisa membawa mereka lebih berkembang
Ada banyak sekali jenis manusia di muka bumi ini dan tak ada salahnya berteman dengan berbagai jenis orang-orang ini. Akan tetapi, kamu perlu berhati-hati dengan beberapa orang terdekat yang paling sering kamu ajak berkomunikasi, pasalnya ternyata orang-orang ini yang akan membentuk menjadi seperti apa dirimu. Orang kaya cenderung juga bergaul dengan orang-orang yang ingin maju, tak banyak mengeluh, apalagi pasrah. Orang berpola pikir miskin justru sebaliknya. Mereka akan mencari zona nyaman di mana ia akan mendapatkan pembenaran atas sikapnya.
https://www.belajarsampaimati.com/2023/08/tidak-ada-orang-kaya-dari-main-togel.html
Dua tahun lalu, ketika pandemi Covid-19 sedang mengamuk di dunia, saya benar-benar tidak ingin keluar rumah. Alasannya jelas, karena tidak ingin tertular virus. Waktu itu, informasi mengenai virus Covid-19 masih simpang siur, jadi saya belum punya pegangan pasti mengenai apa yang akan saya alami dan apa yang harus dilakukan jika terkena virus. Intinya, sebisa mungkin, saya tidak ingin ke mana-mana.
Di waktu-waktu itulah, saya menggunakan layanan pesan antar makanan (GoFood atau GrabFood) untuk kebutuhan makan sehari-hari, agar tidak perlu keluar rumah dan keluyuran untuk cari makan. Sampai cukup lama saya menikmati ketenangan di rumah, dengan badan sehat walafiat, tak tersentuh virus apapun, sampai kemudian sebuah telepon datang... dan menarik saya dalam petualangan maut.
Ketika ponsel berbunyi, waktu itu, dan mendapati nama yang muncul di layar, saya langsung tahu itu telepon penting. Setelah saling sapa sekadarnya, orang di telepon berkata, “Aku di kotamu sekarang. Sedang makan di Foodpedia.” Dia lalu menyebutkan dua orang yang juga saya kenal, yang waktu itu bersamanya, dan mengatakan, “Datanglah ke sini.”
Foodpedia adalah nama kafe dengan tempat parkir luas—sebenarnya ada di Batang, tetangga kota saya, tapi dia mungkin tidak tahu. Saat itu juga, saya keluar rumah, meluncur ke sana, dan mendapati tiga orang yang telah menunggu. Mereka tersenyum lebar saat saya datang, dan orang yang tadi menelepon saya mengatakan, “Aku baru menjemput mereka, dan sekarang menjemputmu.”
Saya duduk di salah satu kursi, dan bertanya, “What happen?”
Dia mengeluarkan sebuah berkas, dan menjelaskan maksudnya. Intinya, kami mendapat pekerjaan investigasi terkait pandemi, dan itu artinya kami harus pergi ke tempat penyebaran virus.
Setelah membaca berkas itu sekilas, saya menatap mereka, dan berkata, “Selama berhari-hari, aku mengurung diri di rumah, demi terhindar dari virus. Dan sekarang kalian mengajakku ke tempat virus keparat itu?”
Melihat keengganan saya, salah satu dari mereka menyodorkan cek. Saya menerima cek itu, melihat nominalnya yang sangat besar, dan tiba-tiba jadi bimbang. Sebelum saya sempat memutuskan, dia mengatakan, “Itu half payment. Sisanya akan dibayar setelah pekerjaan selesai.”
Sebelumnya, saya telah bekerja bersama mereka, jadi kami saling percaya. Akhirnya, setelah bercakap-cakap lebih lanjut, saya pun memutuskan, “Oke, aku ikut.”
Selama sebulan kemudian, kami menjalani pekerjaan itu, yang mungkin lebih tepat disebut “petualangan maut”, karena benar-benar mempertaruhkan nyawa. Semua dari kami terpapar virus, waktu itu, dan saya merasa “mau mati” ketika ikut tertular—badan terasa tak bertenaga, letih luar biasa, indra penciuman hilang, sementara demam terasa sangat menyiksa.
Tetapi, sejak awal saya sadar, itu memang risiko yang harus kami hadapi. Saya yang memutuskan untuk keluar rumah dan menerima pekerjaan itu. Jadi, ketika akhirnya tertular virus dan merasa mau mati, saya tidak mengeluh. Karena... bayarannya sepadan! Belakangan, puji syukur, saya kembali sehat, sampai sekarang, bahkan bisa menceritakan kisah ini.
Dan kisah ini adalah ilustrasi nyata bahwa orang kadang bersedia melakukan hal gila—dalam konteks ini berurusan dengan virus berbahaya—ketika mendapat tawaran yang layak. Uang besar adalah motivasi besar. Meski begitu, ada hal penting yang harus digarisbawahi di sini; saya mendapat bayaran besar, karena melakukan pekerjaan!
Faktanya, ada pekerjaan-pekerjaan yang memberikan bayaran sangat besar, karena pekerjaan itu memang sulit, berbahaya, atau hanya orang-orang tertentu yang mampu melakukan. Karenanya, banyak orang yang melatih skill untuk menguasai kemampuan-kemampuan tertentu, agar bisa bekerja di bidang profesi yang memberi penghasilan besar. Dokter spesialis, misalnya, mendapat bayaran besar, karena butuh skill yang tidak dimiliki banyak orang. Di dunia pekerjaan atau profesi, itu hal biasa, dan bukan masalah.
Yang bermasalah adalah ketika orang mengharapkan banyak uang tanpa mau bekerja, dan menyandarkan harapannya pada sesuatu yang bersifat untung-untungan, misalnya lewat judi togel.
Ketika orang berharap mendapat banyak uang tanpa mau bekerja, awal kerusakan dimulai. Karena harapan mendapat banyak uang tanpa kerja, aneka kejahatan terjadi (pembegalan, perampokan, dan lain-lain), berbagai kebodohan dimulai (semisal minta pertolongan dukun dan semacamnya), dan perjudian mewabah di mana-mana. Semuanya punya tujuan sama; ingin banyak uang tanpa harus bekerja. Dan itulah yang sekarang terjadi, khususnya di Indonesia.
Judi togel itu merusak, karena ia membuai angan-angan manusia. Hanya dengan menebak nomor, dan membayar sekian ribu rupiah, orang bisa mendapatkan hadiah jutaan rupiah. Tawaran yang menggiurkan. Dan berapa banyakkah orang yang kemudian kaya dari judi togel? Jawabannya sangat aneh, karena tidak ada—kecuali bandarnya!
Apakah kamu punya teman yang suka main judi togel dan berhasil kaya? Saya berani bertaruh, tidak ada yang punya teman seperti itu. Bukannya jadi kaya, para pemain togel malah kebanyakan bangkrut, terlilit utang, bahkan kadang sampai bunuh diri karena stres setelah kehilangan segalanya.
Memang, ada waktu-waktu ketika seorang pemain togel mendapat kemenangan. Dan apakah dia kemudian menang lagi dan terus menang, hingga akhirnya kaya-raya? Tidak! Untuk satu kemenangan, dia menderita banyak kekalahan. Dan ketika berhasil menang, uangnya kembali digunakan untuk main, lalu hilang lagi.
Bahkan, gara-gara kemenangan yang datang sesekali, pemain togel sampai rela menjual atau menggadaikan barang-barang berharga miliknya demi bisa terus main togel, karena berpikir, “Siapa tahu aku akan menang seperti kemarin, hingga semua modalku bisa kembali.”
Tapi modalnya tak pernah kembali, sementara ia semakin kecanduan. Ingat hormon dopamin dalam otak pemain togel, yang telah saya tuliskan di catatan sebelumnya (
). Dan begitulah cara pemain togel semakin miskin dan semakin stres dan semakin bangkrut dan semakin gila.
Sayangnya, kenyataan-kenyataan itu tidak juga membuka mata dan kesadaran orang-orang yang masiiih saja berharap dapat banyak uang dan kaya dari bermain togel. Mereka terus memupuk harapan, menghitung-hitung angka, berharap suatu waktu jadi pemenang, mengkhayal dapat banyak uang. Faktanya, tidak ada orang yang berhasil kaya dari bermain togel!
Sampai di sini, kalian mungkin ingin bertanya, “Kenapa tidak ada orang yang berhasil kaya dari bermain togel?”
Jawaban ilmiahnya, karena permainan togel tidak dirancang untuk membuat pemainnya menang terus menerus, apalagi sampai kaya!
Pernahkah kalian memikirkan bagaimana permainan togel dijalankan? Itu bukan permainan adu nasib—antara pemain dan bandar—tapi sebenarnya permainan algoritma! Para pemain togel, yang rata-rata tolol, tidak tahu kenyataan ini, atau bahkan menyangkalnya!
Banyak pemain togel yang percaya mentah-mentah bahwa angka-angka yang keluar berasal dari hasil acak, semacam undian yang murni ditentukan nasib. Bahkan ada “pertunjukan live” yang memperlihatkan bagaimana angka-angka itu diperoleh; sepuluh bola—dengan masing-masing angka 0 sampai 9—dimasukkan ke dalam mesin, bergerak secara liar, lalu empat bola yang jatuh paling awal menjadi kombinasi angka yang menghasilkan pemenang.
Apakah kalian percaya? Saya tidak!
Bola-bola dalam mesin yang konon disebut “live” itu sebenarnya tidak live-live amat—cuma pemanis permainan untuk membodoh-bodohi para pecandu togel yang mau-maunya percaya kalau itu benar-benar live. Permainan yang sesungguhnya tidak terlihat, karena dirancang dan disusun dalam algoritma yang sangat rumit, yang hasil akhirnya adalah memenangkan bandar dan membangkrutkan semua pemain!
Pikirkan pertanyaan penting ini; mungkinkah para bandar bersedia mempertaruhkan kemenangan mereka dengan mengandalkan nasib semata-mata?
Togel adalah bisnis besar dengan modal besar dan biaya operasional yang sangat besar. Para bandar togel tidak akan berspekulasi dengan mengharapkan kemenangan lewat adu nasib seperti kita main ular tangga. Mereka harus memastikan kemenangan, dan untuk itu mereka tidak bisa mengandalkannya pada nasib mujur semata. Mereka sendiri yang harus merancang kemenangan itu!
Mari gunakan ilustrasi sederhana, agar uraian ini bisa lebih dipahami semua orang.
Jika kita main ular tangga, misalnya, kita dan lawan main sama-sama meletakkan bidak di kotak awal, lalu mengocok dadu untuk menentukan berapa langkah bidak kita dapat berjalan. Ketika dadu dikocok dan kemudian jatuh, kita maupun lawan main sama-sama tidak tahu berapa titik yang akan keluar—bisa satu, dua, tiga, atau yang lain—karena semata-mata mengandalkan nasib. Dalam permainan ular tangga, itu permainan yang fair. Kita maupun lawan main sama-sama tidak tahu siapa yang akan jadi pemenang.
Sekarang pikirkan, mungkinkah bandar togel bersedia bermain secara fair semacam itu? Mungkinkah bandar togel mau berspekulasi dengan hanya mengandalkan nasib semata, padahal mereka harus membayar karyawan, membiayai operasional, dan lain-lain sebagainya, sementara mereka juga harus membayar pemain yang menang? Iya kalau yang menang hanya satu atau dua pemain, bagaimana kalau ada ratusan pemain yang menang sekaligus?
Sekali lagi, pikirkan, mungkinkah bandar togel mau berspekulasi dengan cara permainan yang fair semacam itu? Jika jawabannya ya, saat ini tentu para bandar sudah bangkrut! Faktanya, para pemainlah yang bangkrut!
Karena permainan togel, nyatanya, bukan permainan adu nasib yang jujur—itu permainan algoritma yang dirancang untuk memenangkan bandar, dan membangkrutkan para pemain! Saya sangat yakin tentang hal ini, karena telah melakukan riset sangat mendalam, hingga sampai pada kesimpulan yang mencengangkan.
Saya akan menjelaskan soal riset itu di catatan berikutnya.
Berjudi seringkali dipandang sebagai jalan pintas untuk meraih kekayaan dengan cepat. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa sangat sedikit, jika ada, orang yang benar-benar menjadi kaya dari berjudi.
Meskipun beberapa orang mungkin memenangkan jumlah besar sesekali, kebanyakan akhirnya kehilangan lebih banyak daripada yang mereka menangkan. Berikut adalah lima alasan utama mengapa tidak ada orang yang menjadi kaya dari berjudi.
Orang kaya cenderung lebih banyak membicarakan ide-ide dan gagasan, sedangkan orang miskin lebih banyak membicarakan orang lain
Orang kaya biasanya akan lebih banyak membicarakan tentang kesempatan apa yang bisa mereka ambil, ide-ide untuk membuat perubahan, dan hal-hal sejenisnya. Tentunya, untuk dieksekusi setelah matang. Sedangkan orang miskin cenderung akan sibuk membicarakan orang lain. Entah pencapaian yang membuat mereka iri atau hal-hal tak penting yang sebenarnya tak mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Kalaupun berujung dengan membicarakan ide maka biasanya akan mandeg di situ tanpa ada kelanjutan eksekusinya.
Kehilangan lebih banyak daripada menang
Meskipun ada kisah-kisah tentang orang yang memenangkan jackpot besar, kenyataannya adalah bahwa sebagian besar penjudi kehilangan lebih banyak uang daripada yang mereka menangkan.
Kasino dan tempat perjudian lainnya dirancang untuk memaksimalkan keuntungan mereka, yang berarti mereka selalu memiliki keunggulan atas para penjudi. Sebuah studi menunjukkan bahwa meskipun beberapa orang mungkin mengalami kemenangan besar, sebagian besar akhirnya menghabiskan semua kemenangan mereka dan lebih banyak lagi dalam upaya untuk menang lebih banyak.
Baca Juga: 5 Tanda Mentalmu Sudah Rusak karena Permainan Judi, Candu!
Biaya sosial dan ekonomi
Berjudi tidak hanya merugikan individu secara finansial tetapi juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas. Penjudi yang mengalami kerugian besar mungkin berakhir dalam utang, kehilangan pekerjaan, atau bahkan terlibat dalam aktivitas kriminal untuk mendanai kebiasaan berjudi mereka.
Dampak ini tidak hanya merusak kehidupan pribadi mereka tetapi juga mempengaruhi keluarga dan komunitas mereka. Selain itu, ketergantungan pada perjudian dapat menguras sumber daya yang seharusnya digunakan untuk investasi produktif atau tabungan, yang akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Berjudi sering kali didorong oleh ilusi kesuksesan dan kekayaan instan yang dipromosikan oleh industri perjudian. Iklan yang menggambarkan orang-orang yang memenangkan jackpot besar menciptakan persepsi bahwa siapa pun bisa menjadi kaya dengan cepat. Namun, ini adalah gambaran yang sangat menyesatkan.
Industri perjudian mengandalkan fakta bahwa sebagian besar orang akan kalah dan terus berjudi dalam upaya untuk mengejar kemenangan besar. Ilusi ini membuat banyak orang terjebak dalam siklus kerugian yang berkelanjutan, mengabaikan kenyataan bahwa kekayaan sejati hampir tidak pernah diperoleh melalui perjudian.
Berjudi bukanlah jalan yang dapat diandalkan untuk mencapai kekayaan. Peluang yang tidak menguntungkan, ketergantungan emosional dan psikologis, kerugian finansial yang besar, biaya sosial dan ekonomi, serta ilusi kesuksesan semuanya berkontribusi pada fakta bahwa hampir tidak ada orang yang benar-benar menjadi kaya dari berjudi.
Baca Juga: Awas, Pertumbuhan Ekonomi masih Diwarnai Investasi dan Pinjol Ilegal
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Tanjungpinang (ANTARA) - Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Munirul Ikhwan menyebut tak ada orang yang menjadi kaya raya dari hasil bermain judi online.
Apalagi judi secara online atau daring yang sistemnya telah diatur sedemikian rupa untuk memenangkan bandar atau mafia judi tersebut.
"Banyak orang berkecimpung judi online, justru hidupnya semakin susah, bahkan jatuh miskin," kata pria akrab disapa Ikhwan di Tanjungpinang, Kamis.
Ikhwan mengatakan bahwa judi baik manual maupun online termasuk perbuatan yang diharamkan dalam ajaran agama Islam.
Hal itu sebagaimana yang terkandung dalam terjemahan surat Al-Maidah Ayat 90 yang berbunyi "Wahai orang-orang beriman sesungguhnya minuman keras, perjudian dan menyembah berhala dan mengundi nasib dengan anak panah termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu beruntung,".
"Jadi jelas, judi itu adalah perbuatan setan," ujarnya.
Ikhwan menyampaikan judi online seolah-olah menawarkan keuntungan dengan instan, konon dengan modal Rp100 ribu seseorang bisa dapat untung hingga Rp10 juta.
Padahal kenyataannya semua itu cuma omong kosong belaka. Pemain judi online seakan diberikan kemenangan pada awal mulai bermain, namun setelahnya malah lebih banyak kalah dibanding menang.
Dikatakan Ikhwan dampak judi online juga bisa membuat seseorang menjadi malas dan lalai dari menjalankan kewajibannya, terutama umat Muslim tentu jadi penghalang untuk mengingat Allah SWT.
"Seseorang yang kecanduan judi online rela menghabiskan waktu berjam-jam sambil menatap layar handphone, sehingga lupa melaksanakan salat," ujarnya.
Judi online pun membutuhkan modal untuk bermain, maka jangan heran kalau orang sudah kecanduan nalarnya hampir hilang, sehingga tak jarang uang buat kebutuhan rumah tangga justru digunakan untuk judi online.
Dia mencontohkan baru-baru ini viral kasus istri bakar suami yang sesama aparat penegak hukum, karena setelah diselidiki ternyata uang gaji si suami habis dipakai berjudi online.
Kasus lainnya, seorang karyawan perbankan nekat menilap ratusan juta rupiah uang perusahaan demi buat modal judi online.
Judi online selain memicu ketagihan dan menghabiskan uang, juga bisa membuat seseorang depresi ketika modalnya banyak kalah.
Kemudian, perilaku judi online dapat memunculkan individualis atau mengisolasi diri karena sibuk main judi melalui handphone.
Di samping itu, tidak sedikit pula keluarga atau rumah tangga hancur ditengarai masalah judi online, yang mana berdasarkan data dari Pengadilan Agama Tanjungpinang sepanjang tahun 2024, terdapat sekitar 3 persen atau 21 pasangan suami istri bercerai akibat judi online, dari total angka perceraian mencapai 701 kasus.
Ahli Panitera Muda Pengadilan Agama Tanjungpinang Muhksin mengatakan sebagian istri menggugat cerai suami yang salah satu faktornya suami sibuk bermain judi online sehingga malas bekerja dan menafkahi keluarga.Baca juga: Psikolog: Judi online ganggu kesehatan mental hingga depresiBaca juga: Akun media sosial Katak Bhizer diblokir karena promosikan judi onlineBaca juga: Polri: WNA China tersangka kasus judi daring nyamar jadi investor
Ia menyoroti fenomena judi online makin merebak seiring pesatnya perkembangan teknologi. Jika dulu orang-orang berjudi di tempat-tempat khusus perjudian, sekarang di kamar pun bisa bermain judi dengan modal uang seadanya, handphone dan signal internet.
Oleh karena itu, ia mengajak umat Muslim Selalu meminta perlindungan dari Allah SWT dari perbuatan dosa seperti judi online yang dapat menghancurkan diri dan keluarga.
"Kami turut memasukkan materi judi online pada saat melakukan bimbingan kepada pasangan yang akan menikah, dengan begitu pasangan suami-istri diharapkan dapat terhindar dari pengaruh bahaya judi tersebut," katanya pula.
Pewarta: OgenEditor: Muhammad Yusuf Copyright © ANTARA 2024
Yang membedakan antara orang kaya dengan orang miskin ternyata bukan hanya pada jumlah kekayaan yang dimiliki saja, tapi jauh lebih besar daripada hal tersebut yaitu pola pikir dan bagaimana seseorang menjalani hidup sehingga bisa mencapai kekayaan atau kesuksesan yang dimiliki saat ini. Tak jarang, dengan pola pikir dan cara pandang terhadap hidup yang dimiliki maka si kaya akan terus melangkah maju sedangkan yang lainnya akan berhenti di situ-situ saja.
Kalau kamu penasaran bagaimana kira-kira kamu menjalani hidupmu ke depannya, apakah akan kaya raya atau terjebak di situ-situ saja, maka mungkin hal tersebut bisa diidentifikaksi melalui beberapa ciri orang kaya vs orang miskin berikut ini.
Ketergantungan emosional dan psikologis
Berjudi dapat menyebabkan ketergantungan emosional dan psikologis yang serius. Banyak penjudi yang terus bermain meskipun mereka terus-menerus kalah, berharap bahwa kemenangan besar berikutnya akan menutupi semua kerugian mereka sebelumnya.
Fenomena ini dikenal sebagai "kesalahan penjudi" di mana mereka percaya bahwa hasil masa lalu mempengaruhi hasil masa depan dalam permainan acak. Ketergantungan ini tidak hanya merugikan secara finansial tetapi juga bisa merusak kesejahteraan mental dan emosional seseorang.